Skip to content Skip to sidebar Skip to footer
in feeds
250x250

Omset Melejit Peluang Usaha Budidaya Jahe Merah Dari Lahan Sempit

 Omset Melejit Peluang Usaha Budidaya Jahe Merah Dari Lahan Sempit

Omset Melejit Peluang Usaha Budidaya Jahe Merah Dari Lahan Sempit


Omset Melejit Peluang Usaha Budidaya Jahe Merah Dari Lahan Sempit
- Siapa yg tidak kenal dengan jahe merah? Hampir semua masyarakat di Indonesia mengetahui tanaman ini, sebab lumayan mudah ditemukan di halaman alias pekarangan rumah di sekitar lingkungan daerah tinggal kita berada. Tanaman yg dapat dipakai untuk bahan minuman tradisional mirip sekoteng, bandrek, dan beberapa minuman penghangat lainnya ini nyatanya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat herbal. Karena mempunyai tidak sedikit fungsi itulah, dikala ini permintaan jahe, terutama jahe merahpun melejit dengan harga yg stabil bahkan cenderung meningkat. Sudah semenjak dulu, jahe diketahui mempunyai tidak sedikit sekali manfaatnya, terutama untuk dijadikan minuman penghangat tubuh, penambah stamina dan mengobati masuk angin. Bahkan, jahe juga dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk bumbu makanan semenjak jaman nenek moyang kita hingga sekarang. Saat ini peluang perjuangan budidaya jahe merah mempunyai prospek yg cerah sebab manfaatnya juga mulai dikembangkan kearah dunia farmasi.

“Bagi dunia farmasi alias kesehatan, jahe merah dimanfaatkan sebagai antioksidan, antiinflamasi, analgenik, jahe juga dapat dijadikan suplemen untuk penguat jantung dan anti kanker. Selain itu, jahe merah dimanfaatkan untuk pencegah obesitas, anti diare dan mual dan untuk melancarkan ajaran darah. Karena banyaknya fungsi yg kita peroleh dari Jahe inilah, terutama jahe merah, jadi membikin komoditas ini sekarang kebanjiran permintaan.” Ungkap Hariono, salah seorang petani jahe merah asal Desa Japan, Ponorogo.

Saat ini, kesempatan perjuangan budidaya jahe merah dengan cara intensif tetap belum tidak sedikit dilakukan oleh masyarakat. Menurut Hariono, sebagian masyarakat tetap kebingungan mencari pemasaran pasca panennya. Karena itu, Hariono mengingatkan pentingnya untuk membikin mirip kelompok tani alias komunitas petani jahe, terutama jahe merah untuk saling mensupport dan saling berbagi mengenai jahe merah itu sendiri.

“Untuk pemasaran, biasanya diambil eksklusif oleh tengkulak. Selain itu, perusahaan minuman yg memperlukan jahe merah sebagai bahan baku juga mengambil di daerah kita. Banyak juga produk turunan dari jahe merah yg dapat menjadi komoditas yg bernilai ekonomis. Karena itu jangan khawatir apabila yg akan terjadi panen tidak dapat terserap pasar. Bahkan apabila kita mempunyai komunitas wirausaha alias kelompok tani, barangkali dapat melayani permintaan dari pabrik-pabrik farmasi.” Tambah pria yg mempunyai profesi sebagai pembimbing di salah satu SMP swasta di kota Reog ini.

Dalam budidaya jahe merah, masyarakat umumnya memakai polybag dan bermedia bokasi. Hariono mempunyai kiat lain dalam memanfaatkan luas pekarangan di sekitar rumah dalam membudidayakan jahe merah dan tanpa memakai polybag. Hariono lebih sreg memakai sistem box yg dirinya buat dari bambu seluas 1,5 x 1 meter.
“Penggunaan polybag dan box menurut saya sama-sama bagus. Hasil panennya pun hampir seimbang. Namun, penggunaan box lebih efisien dan lebih hemat. Dulu saya sempat memakai polybag untuk budidaya jahe, melainkan polybag biasanya tidak lama umurnya. Belum hingga panen tidak sedikit polybag yg rusak. Karena itulah, saya dan kelompok tani jahe merah disini mencoba memakai sistem box yg dapat dibangun sendiri dari bambu, hasilnya nyatanya tidak mengecewakan. Perawatannya juga lebih mudah.” Ujar Hariono.

Hal paling penting untuk mengawali budidaya jahe merah ini ialah menentukan bibit jahe merah. Menurut Hariono, bibit yg keren dapat diambil dari rimpang jahe yg telah berusia 10 bulan ke atas, dengan keadaan fisik jahe lebih besar, warna lebih cerah, sehat dan tidak luka alias lecet. Setelah mendapat rimpang yg akan dijadikan bibitan, rimpang kemudian dijemur hingga kering, lalu simpan dalam keadaan suhu ruang selagi 1 – 1,5 bulan. “Setelah disimpan, rimpang kemudian di patahkan alias dipotong dengan tangan, setiap potong mempunyai 3 – 5 mata tunas seusai itu dijemur 1 hari. Keesokan harinya, potongan tersebut dimasukkan ke keranjang yg berlubang alias karung goni lalu dicelupkan ke larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 – 2 menit lalu keringkan.” Tambah Hariono.

Sebelum ditanam di dalam box, rimpang disemai dulu dalam bedeng. Untuk penyemaian lahan bedengan dibersihkan dari gulma dan diratakan. Bagian dasar ditabur abu alias sekam alias gergajian setebal  5 – 10 cm. Di atasnya di beri lapisan tanah alias pasir halus alias ladu tebal sekitar 5 cm, lalu bibitnya di taruh berjajar merata di atasnya. Persemaian tidak lebih lebih hingga berusia 3 – 5 minggu supaya siap tanam. “Untuk pembuatan medianya, dapat disiapkan terlebih dulu pupuk kandang, pasir halus, sekam bakar dan tanah.  Bisa dicampur juga NPK sebesar 1 % dan dicampur stater mikroba. Setelah itu dicampur alias diaduk dengan cara merata, lalu ditutup dengan plastik. Setiap pagi selagi satu hingga dua minggu media diaduk selagi beberapa menit. Setelah dua minggu, media siap digunakan.” Ujar Hariono yg juga ialah salah satu leader petani jahe merah di tempatnya.
Sembari menantikan media berakhir dibuat, box untuk penempatan media dan bibit jahe merah dapat dibuat. Box dibangun dari bambu yg dibelah, dan disusun sederhana dengan cara mendatar. Panjang box idealnya 1,5 meter, lebar 1 meter dan tinggi tidak lebih lebih 1 meter. “Setelah box selesai, box kemudian diisi dengan media lalu diberi bibit rimpang yg telah menyemai. Untuk satu box biasanya dapat menampung 200 rimpang.” Tambahnya.

Hariono, seorang petani jahe merah asal Desa Japan, Ponorogo.

Kendala yg kerap dihadapi oleh petani jahe ialah cuaca panas alias demam isu kemarau. Biasanya pada suhu panas, jahe merah butuh penyiraman dengan cara selalu supaya media tidak mengering. Selain cuaca, menurut Hariono kendala lain yg dihadapi ialah binatang unggas mirip ayam dan angsa. Dan, untuk hama yg butuh diwaspadai ialah karat daun. Namun menurut Hariono, untuk karat daun dikala ini telah ada solusinya. Di toko pertanian tidak sedikit menyediakan obat-obat khusus untuk mengantisipasi hama yg ada di jahe merah.

Selain mengisi kebutuhan akan jahe merah di pasar-pasar tradisional, Hariono juga menyiapkan rimpang-rimpang yg keren untuk dijadikan bibit jahe merah. “Saya pikir, tidak ada yg butuh dikhawatirkan dalam memasarkan budidaya jahe merah ini. Justru kalau bisa, kita akan menolong petani-petani yg ingin menyebarkan jahe merah ini.” ucap Hariono mengenai prospek dan kesempatan perjuangan budidaya jahe merah ini.

Agar yg akan terjadi panen yg didapat maksimal, terbukti diharapkan penangan yg baik dan itensif dari mulai pemilihan bibit rimpang, penanaman dan perawatan. Untuk perawatan, menurut Hariono dapat dilakukan penyiraman, kegiatan pemangkasan, dan pemupukan. Penyiraman dapat dilakukan setiap hari, apabila dalam demam isu kemarau, alias ketika media telah terkesan kering, untuk pemupukan dapat dilakukan seminggu sekali dan memakai pupuk organik alias pupuk kompos. Dalam satu box, dengan penanaman 200 bibit rimpang, diinginkan sanggup menghasilkan 200 kg ketika masa pemanenan.

“Jika saja harga yg beredar perkilo jahe merah Rp 8.000, jadi dalam satu box dapat dihitung keuntungan dari budidaya jahe merah ini. Keuntungan memakai box, yaitu tidak hanya mengirit daerah juga lebih mudah dalam perawatan dan pemanenan. Pemanenan jahe merah idealnya dilakukan 10 – 11 bulan, tapi dipanen dalam satu tahun juga tidak persoalan dan lebih bagus. Saya tetap yakin, komoditas jahe merah ini tetap semakin bersi kukuh hingga ke depan.”

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel