Benih Padi Sertani1 Adalah Kunci Kesejahteraan Petani
Benih Padi Sertani 1 Adalah Kunci Kesejahteraan Petani. Postingan kali ini saya tulis sejak kecintaan dan rasa kagum pada seorang tokoh/ilmuan dibidang pertanian khususnya pemulia bibit padi. Sebut saja namanya Ir. Surono Danu warga Desa Nambah Dadi Terbanggi Besar Lampung Tengah. Pertama kali saya mengenalnya saat temuannya itu diliput oleh salah satu televisi swasta kurang lebih 1 tahun yang lalu. Berawal dari situ saya mulai mencari tahu tentang bibit padi unggul yang diberi nama Sertani 1.
Upaya penemuan benih ini dimulai pada Desember 1982, bekerja sama dengan pejabat perekonomian di Lampung tentang perlunya inventarisasi padi unggul lokal Lampung. Berdasarkan hal tersebut, dari 1983-1984, Surono Danu mencari benih unggul lokal Lampung. Sampai akhirnya Surono menemukan dan membudidayakannya sebagai proyek percontohan di beberapa daerah seperti Lampung Tengah, Lampung Timur, Metro, dan Lampung Selatan. “Saya mengharapkan pemerintah dapat memanfaatkan padi ini untuk menjadi benih unggul dalam mendongkrak produksi padi nasional,” harap Surono.”
Sesuatu yang sanggat susah dan memakan waktu bertahun-tahun perjuangan pak Surono Danu (Sarjana IPB tahun 1970-an) untuk menemukan bibit padi unggul tersebut. Berawal dari tujuannya ingin menambah produksi komoditas di Lampung yang beliau lakukan dengan pengembangan tanaman nilam dan vanili untuk menambah penghasilan bagi para petani disekitarnya. Beliau juga memperkenalkan benih jagung hibrida C-1 dan mengajarkan kepada para petani cara menanam yang baik.
Berangkat dari rasa tidak puas atas apa yang telah dilakukannya, beliaupun berpetualang sembari melakukan penelitian bibit padi unggul. Dari petualangannya tersebut beliau mendapatkan 181 jenis bibit padi yang kemudian beliau teliti satu per satu. Berdasarkan hasil risetnya tersisalah 3 jenis bibit yang kemudian beliau teliti lebih jauh hingga akhirnya ditemukan galur padi yang diinginkan. Berbekal alat seadanya sebut saja “Pinset”, beliau melakukan penelitian kurang lebih 22 tahun di halaman rumahnya. Dari 3 jenis bibit tersebut sebagai pejantan beliu ambil dari daerah Terbanggi Besar yang diberi nama Dayang Rindu Sedangkan benih betina dipilih dua jenis padi, yakni asal Kampung Gunungbatin, Terusannunyai, yang dinamainya "Si Rendah Sekam Kuning" dan "Si Rendah Sekam Putih".
Setelah penelitiannya berjalan kurang lenih 10 tahun, akhirnya beliau menemukan galur padi dengan umur 150 hari. Berkat ketekukan dan keinginan yang besar untuk mensejahterakan kehidupan para petani diseluruh Indonesia, beliau pun terus mengkaji penemuannya dan berhasil ditemukan galur padi dengan umur 135 hari dengan memanfaatkan “Pinset”, rumus ciptaan dan pegetahuan yang dimilikinya. Walaupun penemuannya kali ini telah memberikan hasil produksi yang luar biasa namun beliau tetap belum puas dan terus mengembangkan penelitiannya hingga pada akhirnya ditemukanlah benih padi unggul lokal dengan umur 105 hari yang beliu beri nama SERTANI 1 dan mulai diperkenalkan kepada para petani sejak tahun 1992.
Saat ini benih padi SERTANI 1 telah ditanam di beberapa Kabupaten seluruh Indonesia. Dari hasil penanaman padi menggunakan benih Sertani 1 dan dengan pengelolaan yang baik ternyata Sertani 1 mampu mengimbangi benih padi jenis Hibrida yang diimport dari Cina, bahkan dibeberapa daerah mampu mencapai hasil panen 14 ton per hektar. Sebagian besar pola tanam yang dilakukan para petani Sertani 1 adalah pola SRI dan Tabela yang dipadukan dengan pola pertanian organik ada pula yang masih semi organik. Pola tersebut menjadi pilihan para petani Sertani karena memang terbukt polai SRI dan TABELA mampu memberikan peningkatan hasil panen yang memuaskan. Kenapa dipadukan dengan pola pertanian organik? Yah, karena jika dilihat dari segi pemupukan, benih Sertani 1 hanya membutuhkan paling banyak lima kuintal per hektare dan itu pun sudah mampu mengahasilkan panen yang luar biasa (diatas rata-rata). Tentunya dengan pilihan pola tersebut usaha pengembangan Sistem Pertanian Terpadu akan terwujud lebih cepat dan merata di Indonesia. Apalagi di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk bisa menerapkan Sistem Pertanian Terpadu tersebut.
Menurut sang pemulia benih Sertani 1 (baca Ir. Surono Danu), 1 hektar tanaman padi ini, dengan perlakuan yang baik, mampu memproduksi gabah maksimal 14 ton. "Benih ini tidak memiliki perawatan khusus bahkan tidak membutuhkan suplai air yang memadai," kata Surono Danu.
"Justru dengan pasokan air yang lebih banyak, produksi menjadi tidak maksimal," kata Surono. Benih ini juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apa pun seperti perladangan, gaga rancah, sawah, dan salinitas atau lahan yang kurang bagus untuk produksi.
Satu keistimewaan lagi yang dimiliki oleh Sertani 1 yaitu tahan terhadap hama apa pun seperti hama tikus.
Bila batang tanaman padi ini digigit tikus, batangnya mampu menutup luka akibat gigitan hama hanya dalam waktu 24 jam dan tetap bisa tumbuh dengan baik. Benih Sertani 1 juga memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit. Inilah ungkapan Pak Surono saat diliput disalah satu televisi swasta (Sempat bikin saya bengong kala mendengar ungkapan tersebut).
"Justru dengan pasokan air yang lebih banyak, produksi menjadi tidak maksimal," kata Surono. Benih ini juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apa pun seperti perladangan, gaga rancah, sawah, dan salinitas atau lahan yang kurang bagus untuk produksi.
Satu keistimewaan lagi yang dimiliki oleh Sertani 1 yaitu tahan terhadap hama apa pun seperti hama tikus.
Bila batang tanaman padi ini digigit tikus, batangnya mampu menutup luka akibat gigitan hama hanya dalam waktu 24 jam dan tetap bisa tumbuh dengan baik. Benih Sertani 1 juga memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit. Inilah ungkapan Pak Surono saat diliput disalah satu televisi swasta (Sempat bikin saya bengong kala mendengar ungkapan tersebut).
Sungguh penemuan yang luar biasa. Penulis yakin jika seluruh petani di Indonesia mau menanam padi Sertani 1, maka ekonomi nasional Negara ini akan kembali terangkat dengan produksi beras yang melebihi jumlah konsumsinya. Ini adalah pemikiran yang wajar karena produksi/panen yang dihasilkan oleh benih padi sertani 1 bisa mencapai 2 kali lipat dari benih padi lainnya.
Saya pun pada musim tanam tahun ini akan menanam padi sertani 1 dan sertani 8 dilahan 1/2 hektar dengan sistem tanam TABELA. Untuk mendapatkan benih ini ternyata tidak mudah. Hal tersebut selain karena saya yang salah mencarinya, ternyata benih sertani 1 memang tidak dijual ditoko-toko pertanian. Selama mencari kurang lebih 1 tahun yang saya temukan bukan benihnya tapi malah nomor Hp pak Surono. Akhirnya saya hubungi nomor tersebut dan ternyata benar itu nomor Hp Pak Surono (suaranya sama dengan yang di televisi). Suatu kebanggaan tersendiri bisa berhubungan langsung dengan sang maestro. Beliau tertawa setelah saya bercerita tentang usaha selama 1 tahun mencari benih tersebut. Beliau bertanya " Mas nyarinya dimana, di toko?" saya jawab " iya pak". beliau pun tertawa dan mengatakan : " Itu benih milik petani lo, nyarinya ya ke Petani mas...". Akhirnya saya dikasih nomor Hp orang Jawa Timur dan benih Sertani pun saya dapatkan. Sebenarnya banyak jika ingin beli dari Situs jual-beli online dan blog-blog yang menawarkan benih sertani, namun saya lebih yakin jika itu dibeli dari sang penemunya sendiri karena tingkat keasliannya masih 100%.
Satu hal yang membuat penulis terharu bahwa ternyata Ir. Surono Danu tidak pernah mengambil untung sepeser pun dari hasil penelitiannya selama 22 tahun ini. Beliau tidak pernah menerima bahkan meminta imbalan kepada siapapun. Semua yang dia lakukan semata-mata didorong keinginan yang kuat untuk menyejahterakan orang banyak umumnya dan para petani khususnya. Hal yang membuat beliau tidak pernah surut untuk meneliti adalah sikapnya yang kritis dan selalu bersemangat. "Saya tidak punya apa-apa kecuali sikap kritis dan spirit. Seperti virus, inilah yang saya sebarkan kepada masyarakat. Jika kebaikan dan pengetahuan kita sebarkan seperti virus, masyarakat akan kuat," ujarnya.
Benih unggul temuan beliau kini menjadi bahan perbincangan. Tidak cukup hanya di Lampung, tapi juga seantero Indonesia. Meski demikian, kehidupan ekonomi beliau belum beranjak naik. Beliau tetap saja seorang petani desa yang hidup penuh kesederhanaan. "Ibarat lukisan, saya ini lukisan abstrak, tidak jelas tapi mempunyai arti," ujar Pak Surono.
Proses Penelitian Yang Dilakukan Sang Ir. Surono Danu
Sebuah pekerjaan/aktivitas yang tidak mudah, membutuhkan ketelitian dan perhatian penuh untuk menangkarkan benih padi. Dalam proses penelitiannya tersebut belaiu harus bangun tidur sejak pukul 02.00 pagi untuk meneliti serta mengawasi setiap bulir padi dan serbuk sarinya. Menjelang pukul 04.00, serbuk sari yang sudah terbuka itu kemudian dikawinkan. Alat pembuka serbuk sari hanyalah pinset. "Hanya itu alat yang saya gunakan," kata Pak Surono. Ini adalah proses yang terbilang rumit karena padi tidak boleh rusak. Kemudian sisa dari bulir padi yang tidak dikawinkan, harus dibuang.
Lalu, padi yang sudah dikawinkan itu ditutup plastik, dan diberi lubang untuk sirkulasi udara. Pukul 06.30 adalah saat tanaman padi kawin. "Saya harus bangun lebih pagi agar tidak keduluan proses perkawinan padi secara alami," ujar beliau.
Setiap saat, Surono harus terus memantau setiap bulir padi yang telah dikawinkan untuk melihat tingkat keberhasilan proses perkawinan. Banyaknya bulir padi yang dikawinkan bergantung pada kecepatan sang penangkar. Dalam sehari bisa 10--20 bulir padi yang dikawinkan. Namun, kata Pak Surono, dalam 10 ribu bulir yang berhasil paling hanya satu
Langkah selanjutnya, padi hasil perkawinan itu diuji coba terus-menerus sehingga menghasilkan galur padi yang diinginkan. Mungkin pembaca sekalian berpikiran bahwa Pak Surono bekerja dalam sebuah laboratorium dengan fasilitas lengkap. Namun kenyataannya tidak demikian, beliau bahkan mengaku tidak punya lahan secuil pun untuk uji coba.
Menurut cerita Pak Surono, semua uji coba dan penelitiannya dilakukan dalam pot di halaman rumahnya di Bandar Lampung, dan alat yang digunakan hanya pinset. Itulah sebabnya usaha menghasilkan galur unggul lokal dari Sertani 1 hingga Sertani 16 memakan waktu sampai 22 tahun.
Lalu, padi yang sudah dikawinkan itu ditutup plastik, dan diberi lubang untuk sirkulasi udara. Pukul 06.30 adalah saat tanaman padi kawin. "Saya harus bangun lebih pagi agar tidak keduluan proses perkawinan padi secara alami," ujar beliau.
Setiap saat, Surono harus terus memantau setiap bulir padi yang telah dikawinkan untuk melihat tingkat keberhasilan proses perkawinan. Banyaknya bulir padi yang dikawinkan bergantung pada kecepatan sang penangkar. Dalam sehari bisa 10--20 bulir padi yang dikawinkan. Namun, kata Pak Surono, dalam 10 ribu bulir yang berhasil paling hanya satu
Langkah selanjutnya, padi hasil perkawinan itu diuji coba terus-menerus sehingga menghasilkan galur padi yang diinginkan. Mungkin pembaca sekalian berpikiran bahwa Pak Surono bekerja dalam sebuah laboratorium dengan fasilitas lengkap. Namun kenyataannya tidak demikian, beliau bahkan mengaku tidak punya lahan secuil pun untuk uji coba.
Menurut cerita Pak Surono, semua uji coba dan penelitiannya dilakukan dalam pot di halaman rumahnya di Bandar Lampung, dan alat yang digunakan hanya pinset. Itulah sebabnya usaha menghasilkan galur unggul lokal dari Sertani 1 hingga Sertani 16 memakan waktu sampai 22 tahun.
Sungguh sebuah perjuangan yang luar biasa dilakukan oleh pak Surono ini. Semoga semua yang beliu lakukan selama ini mendapatkan balasan yang jauh lebih besar dari Yang Maha Kuasa. Amiin.
AKU BANGGA PADAMU PAK SURONO. KAMI PARA PETANI MENCINTAI DAN BERTERIMAKASIH YANG SEBESAR-BESARNYA ATAS HASIL JERIH PAYAHMU INI.